Mendidik Anak dengan Cinta

Tahukah yanda/bunda…?

Bahwa, sebagai orangtua perlu mengenali bagaimana cara memahami dan mendidik anak dengan baik dan penuh cinta.

Mari kita bahas bersama bagaimana cara mendidik anak dengan cinta

Pertama, sebagai orang tua kita harus mengenali terlebih dahulu tentang tipe-tipe anak dalam berinteraksi dengan orangtua dan lingkungan sekitarnya.

  1. Tiga Tipe Anak
  2. Anak Yang Mudah

Anak-anak golongan ini biasanya penampilannya penuh dengan keberanian dan terbuka. Tampil dan berbicara apa adanya, mudah bergaul dengan orang-orang yang baru dikenalnya. Lincah, serta banyak berbicara. Mereka sama sekali tidak cangung berada dilingkungan yang baru, bahkan beberapa dari anak ini tergolong sangat aktif. Tetapi ada kelemahan pula pada anak-anak golongan ini. Karena sangking mudahnya beradaptasi, jadi selalu sering berpindah tangan pengasuh.

  • Anak yang perlu pemanasan

Tidak perlu berani, tidak pula penakut, yang jelas ia perlu waktu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan baru setelah tenggang waktu tersebut, mereka telah memperoleh kepercayaan dirinya kembali. Ia juga bisa begitu berani seperti teman-temannya yang “mudah”

  • Anak yang sulit

Anak ini sering makan hati orang tua membuat gemes, jengkel sekaligus malu, bayangkan, kamanapun orang tua pergi, ia menuntut baju ibunya tak pernah lepas dari pegangan tangannya. Bila ada orang menyapa, ia justru menelusupkan wajah di sela-sela baju ibu, seakan-akan hendak masuk kedalamnya.

  • Membuktikan Cinta Ibu
  • Mengapa harus lembut?

Rasulullah mengibaratkan anak seperti kertas putih bersih, tergantung pada orang tuanya, mau ditulis degan tinta warna merah, hijau, atau jingga. Orang tua terlalu cepat memvonis nakal, malas, bandel atau bahkan durhaka terhadap anak-anaknya sendiri padahal mereka yang paling dominan membentuk karakter dan kepribadiannya, kalaupun itu benar bukankah  para orang tua yang lebih bertanggung jawab atas sifat-sifat buruk itu.

  • Menawarkan kebaikan

Anak biasanya memberikan tanggapan (reaksi ) yang lebih baik bila diberi senyum dan diajak bicara dengan sikap hangat dan penuh kasih sayang. “tulis Dr. Bursteln dalam buku Dr Bursteln’s book on Chilidren. Sidney D. Craig pun menegaskan pendapat itu dengan didukung bukti dan argumentasi yang kuat. Orang tua harus tetap menunjukan kasih sayang walau di anak sedang saat melakukan kesalahan. Justru itulah yang saat tepat untuk menunjukan rasa cinta kasih.

  • Fahami anak

            Perintah bersikap lembut juga berlaku bagi orang tua yang mengiginkan anaknya patuh. Perlu diketahui bahwa semua anak mempunyai harga diri sebagaiman orang dewasa. Mereka tidak ingin harga dirinya di injak-injak, walaupun orang tuanya sendiri mereka tetap ingin menjaga harga dirinya, walaupun dengan cara harus melawan. Inilah hakikat manusia yang tidak hanya berlaku pada orang dewasa saja, tapi buat anak-anak.

  • Menahan emosi

            Kekasaran kata-kata dan kebiasaan marah, bisa dikarekan orangtua tidak mampu menahan emosi, padahal ketika berada dalam kondisi jiwa yang stabil , tidak terlalu sulit untuk bisa bersabar dan berlemah lembut, sayangnya tugas dan kewajiban menangani tugas rumah tangga yang begitu berat sebagai sebuah rutinitas yang membosankan, dan menghabiskan waktu lama dapat memperlemah kondisi kejiwaan ibu, sehingga menjadi cepat emosional dan cepat marah.

  • Berprasangka Baik Kepada Anak
  • Energi dahsyat

Kepercayaan merukan salah satu bentuk pengakuan dari satu pihak kepada pihak yang lain. Secara alamiyah seseorang percaya akan berusaha menjaga kepercayaan tersebut dengan sungguh-sungguh perasaan seperti itu bukan hanya monopoli oarabg dewasa anak-anak pun mempunyai perasaan yang sama.

  • Berprasangka baik

Berprasangka baik kepada anak yang berprilaku baik, merupakan pekerjaan mudah. Akan tetapi membangun prasangka baik terhadap anak yang bertingkah buruk, bagaimana memulainya? Keragu-raguan seperti inilah yang mebuat ibu sulit untuk berprasangka baik kepada anaknya. Sebab si anak aktif itu memang sudah sering membuat masalah dimana saja dan kapanpun juga. Pada dasarnya kepribadian anak sesungguhnya masih dalam proses pembentukan, maka inilah kesempatan yang baik untuk memberi kepercayaan kepada anak, agar mereka tumbuh menjadi pribadi yang percaya diri.

  • Menumbuh kepatuhan
  • Wibawa orang tua

Seringkali perintah orang tua dianggap sepi oleh anak-anaknya, dengarpun tidak. Dalam hal ini kesalahan tidak mutlak pada anak, maka orangtua sebaiknya sadar dan melakukan intropeksi diri. Ada baiknya orangtua mengambil hikmah dari pendidikan luqman kepada anak-anaknya. Dalam mendidik kepatuhan , Luqman mengajarkan kepada anak-anaknya agar terlebih dahulu mentaati Allah, sebagaimana firman-Nya:

            ” Hai anakku! janganlah engkau sekutukan sesuatu dengan Allah, karena                           sesungguhnya syirik itu adalah penganiayaan (diri) yang besar.” (QS. 31 : 13).

Setelah menanamkan sikap ketaatan mutlak kepada Allah, barulah Luqman mnyuruh anaknya untuk taat padanya. Itupun selama ketaat pada orangtua tidak bertentangan dengan ketaatannya pada Allah. Maka dari itu jangan tanamkan kewajiban taat hanya kepada kedua orangtua, tetapi lanjutkan atau hubungkan dengan ketaatan kepada Allah. Ini akan membuat anak terbiasa taat melakukan perintah, baik saat orangtuanya ada atau tidak, karena ia punya rasa taat kepada Allah.

  • Beri Penjelasan yang bisa dimengerti anak

Beri penjelasan ringan sebatas kemampuan anak, mengapa sesuatu diperintahkan sedangkan hal lain dilarang. Jangan sesekali berbohong dalam memberi keterangan. Apabila anak dilarang terus menerus memecahkan piring, beri penjelasan. Misalnya kita akan kehabisan piring sehingga harus makan memakali daun. Perkataan ini lebih baik dari pada kata-kata ” pocong senang mengganggu anak yang suka memecahkan piring.”                           

  • Sebatas kemampuan anak

Perintah yang diluar kesanggupan dan kemampuan anak boleh jadi akan menyebabkan krisis syaraf dan memiliki perangai buruk. Ada pepatah mengatakan ” jika engkau ingin ditaati, maka perintahkanlah apa yang dapat dipenuhi.” Sebaiknya perintah itu dibagi-bagi dan tuntutan pelaksanaannya pun bertahap. Untuk mengetahui sampai dimana batas kemampuan anak sesuai perkembangan usianya, memerlukan pengetahuan tersendiri. Sebaiknya, orangtua memahami perkembangan ini dan banyak bertanya pada ahli.

  • Kemarahan anak

Sesungguhnya sikap suka membangkang dan marah anak-anak merupakan tiruan dari sikap orangtuanya. Ayah yang suka marah karena sebab-sebab sepele, atau mendidik anak terlalu ketat untuk tunduk secara buta kepadanya adalah kebiasaan buruk orangtua pada umumnya.

  • Jangan bertentangan

Sebaiknya orangtua tidak melarang anak bermain, atau membongkar dan memasang sesuatu. jangan pula melanggar kebiasaan anak kalau tidak ingin mereka menggunakan jerit tangis sebagai senjata. Orangtua dapat meberikan aturan tanpa melarang anak bermain dengan memberikan batasan anak bermain jam berapa dan kapan. Dengan pemberian masa terbatas ini, anak dapat mengatur  jadwal dan mengetahui kapan ia harus melakukan kegiatan yang sudah ditentukan. Hal ini juga dapat melatih anak untuk disiplin waktu.

  • Ancaman yang salah

kesalahan yang banyak dilakukan orangtua adalah memberi ancaman pada anak dengan sesuatu yang seharusnya berguna baginya. Orangtua melakukannya dengan harapan anaknya segera mematuhi perintah orangtua. Misalnya menakuti anak dengan polisi, suntikan, dan sebagainya.  Tetapi akibatnya hal tersebut sulit dilupakan anak dan akan ia takuti sampai ia dewasa.

  • Tidak dusta

Banyak orangtua membujuk anaknya agar mau patuh, dengan menjanjikan akan dibelikan es, permen, mainan dan lainnya. Tetapi setelah anak mematuhi perintah orangtuanya, maka janji pun dibatalkan dengan beragam alasan yang diberikan pada anak. Hal ini berakibat bahwa anak akan kehilangan kepercayaan pada orangtuanya dan akan terbiasa berbohong hingga ia dewasa.

  • Konsisten

Konsisten dalam menetapkan aturan sangat penting. Sebaiknya orangtua tidak cepat mengalah dengan tasingan anak. Usahakan tidak meladeni kemauan anak, lama kelamaan anak akan mengerti bahwa dengan menangis tidak akan dapat merayu ibunya.

  • Menghargai Kekonyolan Anak

Untuk bisa menghasilkan komunikasi yang baik antara orangtua dan anak memang dibutuhkan pengertian dan pengorbanan dari orangtua. Orangtuan sebaiknya banyak berkorban dan mengalah agar dapat memahami jalan pikiran anaknya. Hal ini penting, karena mengharapkan agar anak mau mengerti. Salah satu seni berbicara dengan anak adalah mau memahami dan mengerti pendapatnya, membesarkan hatinya, kemudian mengingatkan akibat-akibat buruk yang terjadi serta memberi motivasi anak dengan hal lain yang sekiranya lebih menarik perhatiannya.

  • Membiarkan Anak Memutuskan Sendiri

Anak perlu dilatih untuk menyelesaikan permasalahannya sendiri, sejauh mereka mampu. Namun kemampuan itu sering dilupakan oleh orangtua, sehingga kebanyakan orantua selalu campur tangan menyelesaikan masalah anaknya dengan menyodorkan penyelesaian masalah yang sudah tersusun rapi. Hal ini dapat menyebabkan anak tumbuh bergantung pada bantuan orangtua dan anak akan gagal mengembangkan kemampuan mereka sendiri. Anak akan tetap datang pada orangtuanya  setiap menemukan permasalahan baru hingga ia dewasa.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *